12 Juni 2009

Penjajahan Terselubung

Penjajahan terselubung dapat kita lihat dengan jelas dalam kehidupan masyarakat sekitar kita. Kenapa saya mengatakan penjajahan terselubung? Karena tidak sedikit anggota masyarakat, bahkan mungkin saya sendiri, yang tanpa sadar mengiyakan informasi yang kita ketahui tanpa pertimbangan lebih lanjut. Jalan hidup mereka ditentukan oleh pihak lain tanpa mereka sadari.

Coba kita perhatikan. Kita senang sekali mengikuti perkembangan selebriti, baik internasional, nasional, maupun lokal. Menjadi seorang penyanyi dalam acara bakat pun menjadi mimpi banyak orang. Pilihan pakaian harus mengikuti model terbaru. Pergaulan kita pun tidak jauh dengan apa yang sering kita lihat dari para selebriti.

Media, terutama televisi, menjadi corong utama informasi. Hal ini mungkin baik tapi sayangnya tidak sedikit dari kita yang menerima begitu saja informasi yang diberikan media. Kita bahkan ikut menyebarkan informasi tersebut seolah-olah informasi itu adalah yang paling benar.

Hidup kita ibarat diatur oleh orang lain. Walaupun kita berhak menentukan pilihan kita, pilihan-pilihan tersebut tetap saja terbatas. Sayangnya batasan-batasan dalam memilih itu ada karena kita sendiri yang tanpa kesadaran berkenan menerimanya. Yang lebih disayangkan lagi adalah mereka yang sadar pun terpaksa mengikuti batasan-batasan itu.

Saya yakin Anda pasti bingung dengan paparan di atas. Saya coba berikan contoh. Di kalangan remaja saat ini sepertinya pergaulan antara pria dan wanita sudah tidak mengenal batas. Kita tidak perlu bicara terlalu jauh sampai seks bebas. Contoh sederhananya mungkin cipika-cipiki-cicibi (Cium Pipi Kanan, Cium Pipi Kiri, Cium-cium Bibir), bergandengan tangan, atau berpelukan.

Bagaimana para remaja mengenal berbagai kebiasaan itu? Semua pasti ada sumbernya. Entah dari film-film di televisi, informasi gaul dari Internet, bisik-bisik tetangga, atau dari artikel dalam majalah berjudul "11 cara bergaul yang gaul". Maaf kalau saya mulai ngelantur. Memberi contoh adalah hal yang cukup sulit untuk saya lakukan.

Kembali ke topik. Intinya informasi itu sudah sampai kepada para remaja. Akhirnya mereka pun berpikir betapa tidak gaulnya mereka kalau mereka tidak menerapkan itu dalam pergaulan mereka. Tanpa pertimbangan lebih lanjut banyak remaja yang akhirnya terbiasa berpelukan dengan lawan jenis. Lalu bagaimana nasib mereka yang "tidak gaul"? Mereka akan dicemooh atau bahkan dikucilkan. Yang bertahan untuk tetap tidak gaul akan hilang dari sejarah sementara.

Itu hanya contoh kecil penjajahan terselubung. Skala yang sedikit lebih besar misalnya kecenderungan kita untuk membeli produk luar negeri. Pola belanja kita tidak berorientasi kepada fungsi, tapi lebih berorientasi kepada merek. Di sini harga diri lebih banyak bermain ketimbang rasa membutuhkan.

Bentuk penjajahan yang lebih besar lagi adalah ketidakmampuan kita untuk mempertahankan harga diri bangsa secara tegas seperti menyikapi serangan Israel ke Palestina, menyikapi kebijakan-kebijakan IMF, atau menarik garis tebal perbatasan RI di wilayah Ambalat.

Remaja-remaja Indonesia juga merupakan bibit-bibit unggul. Mereka Sayangnya kebanyakan mereka justru terbuai dengan kehidupan selebriti dan lagu-lagu cinta. Tenaga kerja Indonesia memiliki nilai jual yang tinggi, tapi mereka justru diperlakukan seperti sampah. Sumber daya alam Indonesia melimpah ruah, tapi justru dimanfaatkan untuk memperkaya individu-individu tak bertanggung jawab.

Kita sudah merdeka dan kita punya potensi yang besar untuk mencapai kemerdekaan yang hakiki dan menjadi bangsa yang terpandang. Sayangnya banyak sekali ketergantungan yang membuat negara ini senantiasa di bawah kuasa negara lain.

--
Amir Syafrudin

Versi PDF tulisan ini: http://www.4shared.com/file/111575929/384be341/PenjajahanTerselubung.html