Haruskah kita terlibat memilih para anggota legislatif? Haruskah kita terlibat memilih presiden? Bukankah memilih adalah sebuah hak yang dimiliki oleh setiap manusia merdeka? Bukankah tidak terlibat memilih pemimpin pun merupakan pilihan yang menjadi bagian hak asasi kita sebagai manusia?
Kalau kita melihat dari sudut pandang hak asasi, pertentangan antara pihak yang mendukung golongan putih (memilih untuk tidak terlibat memilih) dengan pihak yang tidak mendukung golongan putih tidak akan pernah selesai. Apalagi dalam sistem pemerintahan demokratis, setiap orang berhak mempertahankan haknya. Lagipula siapa yang bisa memastikan bahwa setiap orang akan ikut memilih kalau metode pemilihannya saja bersifat rahasia.
Bagaimana kalau kita lihat dari sudut pandang dampak pilihan kita? Setiap pilihan tentu membawa dampak sekecil apa pun dampak tersebut. Jadi saat kita memilih orang X untuk memimpin, itu berarti kita memiliki andil terhadap dampak yang akan ditimbulkan dari kepemimpinan orang X tersebut. Kalau X membawa kebaikan berarti kita turut andil membawa kebaikan. Kalau X membawa keburukan berarti kita turut andil membawa keburukan.
Apakah dengan tidak memilih itu berarti kita terlepas dari dampak tersebut? Jawabannya adalah TIDAK. Saat kita tidak memilih tetap saja ada yang terpilih menjadi pemimpin. Sama seperti kasus di atas, kalau yang terpilih membawa kebaikan berarti kita turut andil membawa kebaikan dan begitu juga sebaliknya.
Lalu kenapa kita harus memilih kalau pada akhirnya sama saja dengan tidak memilih? Saya sendiri mengalami kesulitan untuk membedakan antara keduanya. Keduanya membawa kemungkinan akan dampak positif maupun negatif yang sama. Perihal andil antara memilih dan tidak memilih pun tidak dapat dibedakan secara tegas.
Walaupun begitu, ada pembeda yang dapat saya paparkan. Kita semua tentu akan menimbang terlebih dahulu sebelum menetapkan pilihan. Kita akan mencari siapa yang baik, siapa yang jujur, siapa yang adil, siapa yang dapat dipercaya, siapa yang mampu membuktikan janji, siapa yang dapat membawa kesejahteraan, dan berbagai pertimbangan lain. Dengan mempertimbangkan itu kita berharap dapat memilih pemimpin yang benar, cerdas, dan bertanggung jawab.
Perbedaan yang nyata antara memilih dan tidak memilih bukan pada pertimbangan tersebut. Bisa saja setelah mempertimbangkan justru kita memutuskan untuk tidak memilih. Perbedaan yang nyata adalah usaha kita untuk mencegah terpilihnya pemimpin yang dikhawatirkan membawa keburukan.
Islam mengajarkan bahwa setiap Muslim harus senantiasa mengajak kepada kebaikan DAN mencegah keburukan. Menurut pendapat saya, memilih untuk tidak memilih ibarat berhenti pada tahap mengajak kepada kebaikan. Saat tidak ada lagi calon pemimpin yang benar, tidak memilih sama artinya mengajak kepada kebaikan. Kenapa begitu? Karena dengan tidak memilih bukan berarti tidak ada yang terpilih. Bukan tidak mungkin dengan tidak memilih itu malah berakibat calon pemimpin yang paling buruk yang akan terpilih.
Sementara dengan memilih, kita melakukan kedua-duanya, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan. Walaupun tidak ada lagi calon pemimpin yang benar, kita berusaha untuk memilih calon pemimpin yang terbaik. Dengan begitu kita pun turut andil dalam mencegah terpilihnya calon pemimpin yang lebih buruk dari yang kita pilih.
Paparan saya di atas mencoba mengarahkan bahwa usaha kita dalam mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan akan lebih nyata dengan memilih calon pemimpin yang benar, cerdas, dan bertanggung jawab dan mencegah terpilihnya calon pemimpin yang tidak benar. Memilih untuk tidak memilih justru membuka peluang terpilihnya calon pemimpin yang tidak benar itu.
Terlepas dari semua yang saya sampaikan di atas, saya tidak bermaksud menyalahkan mereka yang tidak memilih. Seperti yang saya sebutkan di awal tulisan ini, memilih untuk tidak memilih adalah hak kita sebagai manusia.
--
Amir Syafrudin
Versi PDF tulisan ini: http://www.4shared.com/file/101596725/5a4c9371/HaruskahKitaTerlibatMemilihPemimpin.html
jk memilih dan pilihannya benar maka akan mendpt 2 kebaikan krn telah berusaha memilih dan ternyata pilihannya benar.
BalasHapusjk memilih tapi pilihannya salah maka akan mendpt 1 kebaikan krn telah berusaha memilih yg terbaik diantara pilihan2 yg kurang baik.
jk tidak memilih makan tidak akan mendpt kebaikan karena tidak mau berusaha.
wallahu'alam
Terima kasih atas kesimpulannya. Yang saya maksud lewat tulisan di atas memang seperti itu. Cuma saya tidak ingin melihatnya dari sudut pandang "mendapat kebaikan", tapi saya ingin melihatnya dari dampak pilihan seseorang.
BalasHapus"jika tidak memilih makan ... ?"
BalasHapushahaha :D maksudnya "maka" kali y bukan "makan"
ad2 aj :P