15 Oktober 2008

Tradisi dalam Islam

Kalau kita bicara keturunan, tentu tidak akan lepas dari tradisi. Entah ada berapa macam tradisi yang sudah diturunkan kepada kita, generasi sekian ribu sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW. Melalui tulisan ini, saya akan paparkan beberapa kebiasaan yang menurut saya hanya dilandaskan kepada tradisi ketimbang kepada Al Quran dan Sunnah Rasulullah.

Tahlilan
Tahlilan adalah tradisi pertama yang terpikir oleh saya. Sampai saat ini saya tidak bisa menemukan satu dalil pun yang membenarkan prosesi acara tahlilan itu dilakukan. Secara logika, saya sendiri tidak setuju dengan acara tahlilan. Kenapa tidak logis? Tidak logis bila sebuah keluarga yang ditinggal mati salah seorang anggota keluarganya harus repot-repot menyiapkan tempat dan makanan lengkap untuk orang-orang yang datang untuk mendoakan yang mati. Sudah ditimpa musibah malah harus keluar biaya dan tenaga untuk menjamu para pendoa.

Takbiran
Takbiran merupakan tradisi lain yang kental dalam perayaan hari raya Idul Fitri. Prosesi takbiran yang saya maksud adalah takbiran di malam terakhir bulan Ramadhan yang dilakukan beramai-ramai, umumnya dengan memukul bedug, sambil berjalan-jalan (entah menggunakan kendaraan apa) keliling kota, kampung, kecamatan, atau minimal RT-RW setempat. Memang ada perbedaan pendapat mengenai ucapan takbir, waktu takbir, dan dilakukan bersama-sama atau sendiri-sendiri, tapi saya tidak pernah menemukan dalil yang menjadi dasar prosesi takbiran keliling kampung tersebut.

*Gambar diambil dari http://indonesia.nomadlife.org/

Ziarah Kubur pada Waktu Tertentu
Manfaat ziarah kubur yang paling utama adalah untuk mengingat kematian dan mengambil sedikit waktu untuk mendoakan mereka yang telah mati. Jadi kenapa harus dilakukan pada waktu-waktu yang khusus? Dalam masyarakat Indonesia, saya perhatikan ada beberapa waktu khusus untuk ziarah kubur antara lain sebelum bulan Ramadhan atau sebelum hari raya Idul Fitri.

*Gambar diambil dari http://www.clipartheaven.com/

Ziarah Kubur pada Kuburan Tertentu
Ini bentuk tradisi lain yang terkait dengan ziarah kubur. Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang melakukan ziarah kubur pada kuburan-kuburan tertentu seperti kuburan para wali atau orang-orang alim zaman dahulu kala yang dianggap dapat membantu mencarikan jodoh, pekerjaan, menyembuhkan penyakit, dan berbagai kepentingan lainnya.

Mungkin masih banyak lagi tradisi lain yang cukup kuat kaitannya dengan Islam. Tapi dalam tulisan ini saya hanya mampu mencantumkan beberapa tradisi yang saya kenali sebagaimana saya paparkan di atas. Paparan tersebut terbatas pada tradisi-tradisi yang pernah saya lihat dan saya sendiri pernah lakukan di masa lalu.

Kembali ke topik. Saya bukan orang yang ingin menentang tradisi dan menjadi orang aneh di tengah-tengah masyarakat yang mengagungkan tradisi. Walaupun begitu, saya menganggap tradisi adalah tembok penghalang inovasi dan kemauan untuk berpikir lebih jauh. Tradisi sering sering dilakukan dengan didasari oleh kebiasaan orang-orang terdahulu tanpa pernah dicari tahu asal-usulnya.

Dalam konteks ibadah, tradisi dapat berujung kepada bid'ah. Setahu saya, setiap ibadah yang tidak diperintahkan oleh Allah SWT atau menjadi bagian dari sunnah Rasulullah SAW merupakan bid'ah. Jadi tradisi dalam bentuk ibadah yang tidak didasari Al Quran dan Sunnah Rasulullah termasuk kategori bid'ah.

Mungkin ada yang berpendapat bahwa cara pandang ini terlalu picik. Memang kenapa kalau kita membiasakan sesuatu yang baik? Apalagi semua tradisi itu memang tidak dilarang. Dalam paragraf di atas, saya sengaja mencetak tebal tulisan "tradisi dalam bentuk ibadah" untuk menegaskan bahwa bid'ah itu hanya berlaku untuk ibadah.

Ibadah harus dilakukan atas perintah Allah atau Rasul-Nya. Hal ini dapat diartikan bahwa beribadah itu hukumnya haram kecuali diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Bila dibandingkan dengan aturan hubungan antara sesama manusia, maka akan terlihat jelas perbedaannya. Dalam hubungan antara sesama manusia, kita bisa melakukan apa saja kecuali yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Jadi dalam konteks ini, perkataan atau perbuatan apapun halal kecuali dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.

Kembali lagi kepada tradisi dalam bentuk ibadah. Memperbolehkan tradisi semacam ini dengan dasar tidak ada larangannya tentu tidak tepat. Membiasakan sesuatu yang baik adalah sesuatu yang baik juga. Tapi dalam konteks ibadah, tidak boleh ada kebiasaan yang tidak diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Tradisi baik yang dibuat tidak dalam konteks ibadah, selama tidak dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, sebaiknya dipertahankan. Tapi sebagai Muslim yang senantiasa diperintahkan untuk belajar, sebaiknya kita senantiasa mempertimbangkan kembali alasan di balik sebuah tradisi sebaik apa pun tradisi tersebut. Tradisi sering membuat serat inovasi dan membatasi kemauan dan kemampuan berpikir dari para pengikut tradisi tersebut.

--
Amir Syafrudin

Versi PDF tulisan ini: http://www.4shared.com/file/95607738/77baa029/TradisiDalamIslam.html

6 komentar:

  1. Terima kasih. Semoga ada yang bisa memperkaya tulisan ini.

    BalasHapus
  2. Nak tau, dlm islam ada tak menggunakan nasab tertentu, misalnya adat perpatih mengutamakan nasab ibu, klu Islam pula camne ye? Adat perpatih yg mengamalkan nasab ibu ne bercanggah tak dgn Islam?

    BalasHapus
  3. @Rizal:
    I don't understand Malay. To avoid further miscommunication, I hope you don't mind rephrasing your questions in English. Thank you.

    BalasHapus
  4. sm sj dg aliran ahmadiyah yg di tentang oleh umat islam di lombok..

    BalasHapus
  5. @Anonim:
    Kaitannya dengan tulisan saya gimana ya? Saya sendiri tidak terlalu mengenal aliran Ahmadiyah. Jadi saya agak bingung dengan komentarnya.

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.