08 September 2008

Lebih dari Sekedar Shalat, Puasa, dan Zakat

Sepertinya tidak sedikit orang yang melihat Islam sebatas Rukun Islam saja. Jadi tidak sedikit orang yang menganggap Islam hanya dibentuk dari lima hal yaitu mengucap syahadat, melaksanakan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, dan melaksanakan haji jika mampu.

Sebenarnya masih ada Rukun Iman yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab yang diturunkan Allah, kepada rasul-rasul Allah, kepada hari akhir (kiamat), serta kepada qadha dan qadar. Tapi kelihatannya perhatian terhadap Rukun Iman tidak terlalu besar seperti halnya terhadap Rukun Islam. Terus terang saya sendiri tidak terlalu hafal urutan Rukun Iman.

Sejauh pemahaman saya, keduanya tidak bisa terlepaskan antara satu dan lainnya. Keyakinan sebaiknya direfleksikan dengan amal. Amal itu sendiri merupakan cermin sedalam apa keyakinan seseorang. Mengamalkan Rukun Islam tanpa didasari Rukun Iman pada akhirnya menjadikan Islam berisi pedoman ibadah ritual semata.

Jauh sebelum saya mengenal Islam, saya merupakan bagian dari orang-orang yang (terpaksa) mengamalkan Rukun Islam dan cukup hafal Rukun Iman. Tidak ada satu pun sifat dan perbuatan saya yang mencerminkan bahwa diri saya seorang Muslim kecuali saat saya shalat, puasa, dan membayar zakat. Pada saat itu (hingga saat ini) saya masih belum mampu melaksanakan haji. Saat itu saya menganggap menjadi seorang Muslim memang hanya berarti seorang manusia yang melaksanakan shalat, puasa, dan membayar zakat.

Setelah saya mengenal Islam, saya mulai menyadari bagaimana Islam dapat menjadi rahmat bagi semesta alam. Saya mulai mengetahui bagaimana Islam dapat membawa ketentraman bagi setiap manusia terlepas dari apakah manusia itu Muslim atau bukan Muslim.

Ambil saja contoh sifat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tidak ada satu manusia pun yang luput dari rasa sayangnya. Setiap manusia dijanjikan rezeki yang kenikmatan. Hal ini tentunya terkait dengan beberapa faktor seperti usaha yang dilakukan manusia terkait. Tapi Allah tidak membeda-bedakan dalam memberi rezeki. Tapi kasih-Nya hanya ditujukan pada orang-orang tertentu. Mereka yang beriman kepada diri-Nya dan melakukan amal shaleh yang pantas mendapat kasih-Nya. Salah satu bentuk kasih Allah itu adalah imbalan kenikmatan abadi yang dijanjikan-Nya.

Saat saya belajar dari sifat Allah tersebut, saya menyadari bahwa menjadi seorang Muslim harus berlaku adil tanpa melihat apakah orang lain itu Muslim atau bukan. Tapi rasa kasih seorang Muslim ditujukan terutama kepada sesama Muslim.

Sifat tersebut hampir mirip dengan bagaimana kita menyikapi keluarga. Misalkan anak kita berkelahi dengan anak orang lain. Kita jangan serta merta membela anak kita tanpa mau mendengarkan penjelasan anak orang lain itu. Kalau memang anak kita yang salah, maka kita harus menerima kenyataan itu. Tapi bila anak kita sakit, tentu kita akan mendahulukan pengobatan anak kita walaupun kita tahu ada anak orang lain yang juga sakit.

Masih banyak contoh lain yang bisa saya kemukakan. Tapi sebaiknya saya tuangkan dalam tulisan-tulisan lain. Untuk saat ini saya hanya ingin menekankan persepsi saya bahwa Islam itu lebih dari sekedar shalat, puasa, dan zakat. Islam tidak akan menjadi Islam kalau semua Muslim hanya berhenti di shalat, puasa, dan zakat.

--
Amir Syafrudin

Versi PDF tulisan ini: http://www.4shared.com/file/95611077/9e2d1855/LebihDariSekedarShalatPuasaDanZakat.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.