10 September 2009

Kenapa Anda Memilih Islam?

Yakinkah kamu akan kebenaran Islam? Apakah kamu yakin bahwa Islam itu agama yang paling benar? Kalau Islam itu memang yang PALING benar, apakah itu artinya agama selain Islam bisa jadi benar, cukup benar, agak benar, atau memiliki derajat kebenaran tersendiri?

Pernahkah kita mempertanyakan Islam yang bertahun-tahun kita anut? Pernahkah kita mempertanyakan kebenaran Allah sebagai Sang Pencipta? Pernahkah kita mempertanyakan kebenaran isi Al Quran dan Al Hadits? Pernahkah kita mempertanyakan keberadaan kita di dunia ini?

Entah berapa tahun kita sudah hidup di dunia ini, seberapa sering kita mempertanyakan kembali segala sesuatu yang kita yakini? Hidup kita sudah diisi oleh rutinitas, kebiasaan, kebudayaan, dan berbagai embel-embel lainnya. Apakah semua itu memang perlu kita lakukan? Yakinkah kita bahwa hidup kita sudah diisi oleh hal-hal yang MEMANG kita yakini sebagai kebenaran?

Kita kembali kepada konteks keimanan. Setiap orang yang beragama tentu mempercayai bahwa agama yang dia peluk adalah agama yang benar -atau paling tidak yang PALING benar. Sayangnya kerap kali fondasi keimanan itu tidak kuat sehingga orang yang beragama itu tidak lagi mengikuti agama yang dia yakini. Kadang orang tersebut dengan mudahnya berpindah agama. Paling tidak tanpa fondasi yang kuat, keimanan seseorang akan mudah goncang akibat pengaruh eksternal.

Apa fondasi keimanan Anda? Apa yang menjadi dasar Anda memilih Islam? Apa yang meyakinkan Anda bahwa Allah adalah Yang Maha Kuasa? Apa yang meyakinkan Anda bahwa Rasulullah Muhammad SAW adalah suri teladan kita? Pernahkah pertanyaan-pertanyaan seperti ini timbul dalam pikiran dan hati Anda?

Wajar memang kalau fondasi keimanan kita tidak jauh dari alasan keturunan dan tradisi. Tidak sedikit orang yang sudah hidup puluhan tahun hanya mengacu pada keturunan atau tradisi semata. Memang sebenarnya masalah ini adalah bagian dari masalah besar pola pendidikan kita, tapi bukan berarti kita harus terus seperti itu sampai kita mati.

Islam memang menuntut kita untuk patuh, tapi kepatuhan itu sepantasnya dikuatkan oleh pemahaman terhadap hal yang harus kita patuhi. Kepatuhan tanpa pemahaman yang cukup (umumnya disebut dengan istilah Taklid Buta) akan berujung pada hasil yang buruk. Taklid buta akan membuat seseorang menjadi keras kepala karena sulit membuka pikirannya untuk menerima pendapat orang lain.

Taklid buta mungkin terlihat sebagai manifestasi dari tingkat kepatuhan yang kuat. Akan tetapi bagian dalam dari kepatuhan yang kuat itu sebenarnya rapuh. Bila dihadapkan dengan kondisi atau argumen yang tepat mengenai bagian rapuh itu, taklid buta menjadi mudah untuk ditumbangkan.

Keberhasilan kita untuk memahami Islam, memahami perintah Allah dalam Al Quran, dan memahami ajaran Rasulullah lewat Hadits akan memperkokoh keimanan kita. Kita memiliki kemampuan untuk mementalkan pertanyaan-pertanyaan yang menggoncang dan pada akhirnya menghancurkan keimanan kita.

Bila datang lagi pertanyaan tentang alasan Anda memilih Islam, Anda tidak lagi ragu dengan jawaban Anda. Keyakinan itu sudah mantap di hati karena Anda tahu dan Anda PAHAM bahwa apa yang Anda yakini itu adalah yang benar dan bukan sekedar yang PALING benar.

Tulisan terkait:
Apa itu Islam?
Lebih dari Sekedar Shalat, Puasa, dan Zakat
Islam Keturunan
Toleransi dalam Islam
Toleransi untuk Tradisi
Toleransi, Bukan Aliansi

--
Amir Syafrudin

Versi PDF tulisan ini: http://www.4shared.com/file/135008625/9c4c5e47/KenapaAndaMemilihIslam.html

2 komentar:

  1. karena saya terlahir dari orang tua yang Islam... that;s so simple

    BalasHapus
  2. That simple, Bro?

    Iya sih. Alasan saya masuk Islam untuk pertama kalinya juga karena memang saya terlahir dalam keluarga Islam. Akan tetapi pernahkah kita bertanya apakah Islam itu memang agama yang benar? Kalau memang Islam itu benar, sudah seberapa benarkah kita dalam menganut ajaran Islam?

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.